Sun. Nov 9th, 2025

Tradisi Kasada di Lereng Gunung Bromo

Keunikan Tradisi Kasada di Lereng Gunung Bromo

Di balik keindahan alam Gunung Bromo yang menakjubkan, terdapat sebuah tradisi unik dan sarat makna spiritual yang masih lestari hingga kini, yaitu Upacara Yadnya Kasada atau Tradisi Kasada. Perayaan ini merupakan wujud rasa syukur dan penghormatan masyarakat Suku Tengger kepada para dewa serta leluhur mereka. Dilaksanakan setiap bulan Kasada dalam penanggalan Jawa-Tengger (sekitar bulan Juni–Juli), upacara ini menjadi momen sakral sekaligus daya tarik wisata budaya yang mendunia.

Asal-usul tradisi Kasada tak lepas dari legenda Roro Anteng dan Joko Seger, pasangan leluhur masyarakat Tengger. Dikisahkan, mereka lama tidak dikaruniai anak dan memohon kepada para dewa di Gunung Bromo agar diberi keturunan. Doa mereka terkabul dengan lahirnya 25 anak, namun ada satu syarat: anak bungsu mereka harus dikorbankan ke kawah sebagai tanda pengabdian kepada Sang Hyang Widhi. Meski awalnya enggan, akhirnya sang anak bungsu, Kesuma, rela berkorban demi menepati janji orang tuanya. Sejak saat itulah, masyarakat Tengger mengadakan upacara Kasada setiap tahun sebagai simbol rasa syukur dan pengorbanan.

Pada puncak upacara, ribuan warga Tengger berkumpul di Pura Luhur Poten, sebuah pura suci yang terletak di lautan pasir Gunung Bromo. Mereka membawa berbagai hasil bumi seperti sayur, buah, beras, dan ayam sebagai persembahan. Setelah doa bersama dan upacara ritual selesai, seluruh persembahan itu dilemparkan ke dalam kawah Bromo sebagai tanda pengorbanan dan rasa terima kasih kepada para dewa atas berkah yang diberikan.

Yang menarik, sebagian warga berani turun ke tepi kawah untuk “menangkap” hasil bumi yang dilemparkan. Mereka percaya bahwa barang siapa berhasil mendapatkan persembahan tersebut akan memperoleh berkah dan keberuntungan. Meskipun berisiko, tradisi ini tetap dilakukan dengan penuh semangat dan keyakinan yang kuat.

Selain nilai spiritual, Kasada juga menjadi ajang pelestarian identitas budaya Suku Tengger. Masyarakat berpakaian adat khas Tengger dengan kain tenun berwarna cerah dan ikat kepala, sementara para dukun adat memimpin doa dalam bahasa Kawi kuno. Suasana sakral berpadu dengan keindahan panorama Bromo yang memukau — lautan pasir, kabut tipis, dan sinar matahari pagi yang menembus pegunungan.

Bagi wisatawan, menyaksikan upacara Kasada adalah pengalaman luar biasa. Tradisi ini tidak hanya memperlihatkan sisi religius masyarakat Tengger, tetapi juga memperkuat nilai-nilai kebersamaan, pengorbanan, dan rasa syukur kepada alam.

Kasada di Bromo adalah bukti bahwa di tengah modernisasi, masyarakat Indonesia masih mampu menjaga warisan leluhur dengan penuh hormat. Di lereng gunung yang megah ini, spiritualitas, budaya, dan keindahan alam berpadu menjadi satu harmoni yang begitu memesona.

By admin

Related Post